Wednesday 16 May 2018

Contoh Skripsi Penerapan Metode Creative Problem Solving (CPS) dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi kelas X IPS 2 SMA
Contoh Skripsi Penerapan Metode Creative Problem Solving (CPS) dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi kelas X IPS 2 SMA

Sumber Foto : Google.com

Sekripsi - Hai sobat batas catatan, pada kesempatan kali ini admin akan membagikan salah satu contoh karya skripsi PTK (Penelitian Tindakan Kelas), Bagi sobat mahasiswa yang mungkin sekarang ini sedang

bingung2nya bimbingan sekripsi, semoga artikel kali ini bisa membantu.

Penelitian tindakan kelas pada artikel ini tentang Penerapan Metode Creative Problem Solving (CPS) dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi kelas X IPS 2 SMA

Upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sekarang ini sedang digalakkan oleh pemerintah. Langkah yang paling penting dilakukan dalam pendidikan adalah salah satu sasaran dari program pembangunan di Indonesia yaitu bidang pendidikan, baik terjadi di formal seperti sekolah atau pun diluar sekolah seperti lingkungan dan keluarga. Jadi, pendidikan merupakan salah satu sasaran dari program pembangunan di Indonesia yang harus ditempuh oleh seluruh lapisan masyarakat sesuai dalam UUD 45 ditegaskan bahwa “tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran”.

Pendidikan merupakan bagian integral pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Parancangan wajib belajar sembilan tahun adalah salah satu upaya pemerintah untuk memajukan bangsa Indonesia yang jauh ketinggalan dengan bangsa-bangsa lainya. Dalam UU NO. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:

“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”

Berdasarkan Undang-Undang tersebut dapat diketahui bahwa proses pendidikan bertujuan Untuk mencapai dasar dan tujuan tersebut diatas maka pendidikan adalah: (1) Mempertinggi mental, moral, budi pekerti, dan memperkuat keyakinan beragama. (2) Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan (3) Membina/ memperkembangkan fisik yang kuat dan sehat.

Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijabarkan Menurut Hamalik (2001:82) tujuan pendidikan dapat ditetapkan dalam suatu lembaga nasional yang mewakili seluruh keinginan, aspirasi, dan cita-cita masyarakat dan bangsa Indonesia dalam keseluruhannya. Ketentuan tentang tujuan pendidikan telah ditetapkan dalam sidang MPR Republik Indonesia No. XXV/ MPRS/1996 Bab II Pasal 3 dan Pasal 4 yang berbunyi ”Tujuan pendidikan membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh Undang-Undang Dasar 1945 dan isi Undang-Undang Dasar 1945.”

Bahwa dalam proses pendidikan untuk membentuk manusia yang cerdas adanya proses belajar dan pembelajaran. Proses belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang di bawanya sejak lahir. Aktualisasi potensi ini sangat berguna bagi manusia untuk dapat menyesuaikan diri demi pemenuhan kebutuhannya. Kebutuhan manusia makin lama makin bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya. Tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan tersebut.

Dalam proses pembelajaran adanya interaksi guru dan siswa beserta komponen yang terlibat dan tidak dapat di pisahkan antara satu dengan yang lainnya. Komponen- komponen itu adalah: tujuan, bahan, alat dan metode, sarana serta penilaian. Hal Ini sesuai dengan Suryosubroto (2002: 158) yaitu dalam proses belajar adanya komponen seperti Tujuan dalam proses belajar mengajar berfungsi sebagai pedoman keberhasilan belajar, Metode dan alat bantu pelajaran berfungsi sebagai alat transformasi pelajaran untuk mencapai tujuan yang telah di capai, Sarana sangat di perlukan dalam rangka menciptakan interaksi, Sedangkan penilaian merupakan alat ukur berhasil tidaknya tujuan pembelajaran. Sebab Kegiatan belajar mengajar inilah yang bernilai edukatif. Oleh karena itu, menurut Djamarah (2006: 1) pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif dan mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan siswa. Sehingga suasana belajar dan fasilitas serta sumber belajar yang tersedia akan mempengaruhi kualitas pembelajaran yang akan menimbulkan suasana yang demokratis yang akan memberikan tercapainya nilai yang optimal. Dengan demokratis sehingga adanya kebebasan siswa untuk belajar, mengajukan pendapat berdialog dengan teman sekalas maka siswa akan lebih aktif.

Pembelajaran aktif adalah fase pembelajaran cepat, menyenangkan, suportif dan melibatkan kemampuan individu dan kelompok. sehingga dengan pendapat Silberman (2006: 9) pembelajaran aktif (active learning) adalah pembelajaran yang mengajak siswa untuk melaksanakan kegiatan yang menggunakan koordinasi antara otak kanan dan otak kiri untuk mempelajari masalah, memecahkan masalah dan menerangkan apa yang telah dipelajari. Dari pendapat Silberman tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang diterapkan oleh guru, siswa dituntut untuk memperoleh pengalaman dan memiliki perubahan-perubahan tingkah laku atau cara berfikir dalam melakukan pembelajaran.

Untuk mencapai suatu pembelajaran yang baik, siswa diharapkan dapat aktif dalam proses pembelajaran, meskipun hal tersebut tidak mudah. Beberapa upaya telah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Antara lain dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI), Numbered Head Together (NHT), Student Team Achievement Division (STAD), jigsaw, dan pembelajaran langsung. Pada kenyataannya masih banyak kendala-kendala yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar.

Demikian juga dalam proses pembelajaran ekonomi. Mata pelajaran ekonomi bertujuan agar siswa memiliki kemapuan untuk menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi agar membentuk sikap bijak, rasional dan tanggung jawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan Negara.

Dalam mata pelajaran ekonomi kelas X semester genap terdapat pokok bahasan uang, dan bank , dalam pokok bahasan tersebut dijelaskan bagaimana penertian uang, dan bank menurut para ahli, fungsi dan tujuan uang, dan bank, jenis-jenis uang, bank dan penerapan bank disekolah. Dalam menjelaskan pokok bahasan manajemen guru mengalami kesulitan yaitu banyaknya materi yang akan disampaikan, karena tuntutan waktu agar dapat melanjutkan materi ke materi lainnya yang akan disampaikan guru sehingga waktu untuk melanjutkan materi lainnya dengan berbagai metode namun belum optimal. Kendala tersebut juga dialami oleh guru mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Soko.

Hal tersebut didukung oleh hasil pendahuluan melalui wawancara dengan Dra. Siti Khanifah sebagai guru mata pelajaran ekonomi kelas X-IPS 2 SMA Negeri 1 Soko diperoleh keterangan bahwa aktivitas belajar siswa masih rendah (Hasil wawancara terlampir pada lampiran 1).

Hal ini terlihat saat guru memberi kesempatan untuk bertanya siswa tidak bertanya, saat guru memerintahkan untuk mencari sumber belajar dari luar kelas siswa kurang antusias, saat guru membagi siswa kedalam kelompok mereka kurang aktif menjalankan, saat berdiskusi hanya beberapa siswa yang aktif, dan saat guru meminta beberapa ketua kelompok untuk menjelaskan hasil diskusi ditempat kelompoknya banyak yang tidak berani untuk menjelaskan. Hal tersebut harus segera diatasi karena dapat berpengaruh terhadap hasil belajar.

Terkait hasil belajar ibu siti khanifah sebagai guru mata pelajaran ekonomi SMA Negeri 1 Soko menyatakan bahwa beberapa siswa harus melakukan remidi untuk mencapai nilai KKM yang ditentukan sebesar 76.

Agar masalah tersebut tidak berkepanjangan, hal-hal yang perlu dicarikan solusinya adalah:

1) Bagaimana agar siswa lebih antusias dalam mengikuti pelajaran ekonomi?

2) Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi?

3) Bagaimana siswa aktif menyelesaikan masalah yang diberikan guru dalam mengikuti pelajaran ekonomi?

Keaktifan siswa dalam belajar harus dibimbing sedikit demi sedikit agar nantinya mereka terbiasa dan mandiri, maka untuk membuat siswa aktid di kelas dapat digunakan pembelajaran kooperatif. Salah satu metode pembelajaran yang dipandang sesuai untuk mengatasi masalah sebagaimana diuraikan diatas adalah dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Creative Problem Solving (CPS)

Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) dilakukan dalam rangka meningkatkan antusias dan aktif bersama-sama dalam bekerjasama, sejumlah siswa dalam satu kelompok selama pembelajaran berlangsung. Sebagaimana menurut pendapat Lie dalam Isjoni (2009 :23) dengan melaksanakan model pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) siswa dalam bekerja untuk meraih keberhasilan dalam belajar, disamping itu juga bisa melatih siswa untuk saling menghargai berbagai pendapat saat siswa mengemukakan pendapatnya, menerima setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas.

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe, diantarannya adalah Make a Mach, Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Think Pair Share (TPS), Numbered Head Together (NHT), Two Stay Two Stray (TSTS), Team Games Tournament (TGT), Group Investigation (GI), Group Resume, Creative Problem Solving (CPS) dan lain-lain. Dalam penelitian ini salah satu metode pembelajaran kooperatif yang akan diterapkan adalah metode pembelajaran kooperatif tipe Creative Problem Solving (CPS).

Pembelajaran kooperatif tipe Creative Problem Solving (CPS) yaitu model pembelajaran kooperatif dengan pemecahan masalah secara kreatif, model Creative Problem Solving (CPS) pertama kali dikembangkan oleh Alex Osborn(1979) dan Dr. Sidney Parnes (1992). model ini merupakan perangkat fleksibel yang dapat diterapkan untuk menguji problem-problem dan isu-isu nyata. Dalam Creative Problem Solving (CPS), guru bertugas menciptakan tantangan pada pelajaran sehingga siswa dapat menerapkan teknik-teknik kreatif mereka dalam belajar sehingga dapat diterapkannya dalam situasi-situasi yang baru. (Huda, 2013: 147).

Pembelajaran kooperatif tipe Creative Problem Solving (CPS) diharapkan mampu menigkatkan aktivitas pemecahan masalah dalam proses belajar siswa, dengan peningkatan aktivitas siswa diharapkan hasil siswa dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini sesuai hasil penelitian Nuryadi (2009) yang menerapkan metode Creative Problem Solving (CPS), menyimpulkan bahwa dengan pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran dan hasil yang dicapai mengalami peningkatan. Demikian juga dari penelitian Abdul Syukur (2012) yang menerapkan metode pembelajaran Creative Problem Solving (CPS), menyipulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran melalui Creative Problem Solving (CPS), siswa dapat meningkat aktivitas dan hasil belajarnya. Hal tersebut terbukti 70% dari siswa tuntas dalam belajar, dengan prosentase ketuntasan belajar siswa mencapai 81%. Kedua kajian penelitian terdahulu tersebut bahwa pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Selengkapnya bisa anda download di link berikut ini :

DOWNLOADKode : batascatatan.blogspot.com
Baca Juga

Artikel Terkait

0 Response to "Contoh Skripsi Penerapan Metode Creative Problem Solving (CPS) dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi kelas X IPS 2 SMA "

Post a Comment