Thursday 5 April 2018

Pembelajaran Berbasis Observasi Gejala Fisis
Pembelajaran Berbasis Observasi Gejala Fisis


Apa itu Pembelajaran Berbasis Observasi GejalaFisis

Ditinjau dari hakekat sains adalah produk, proses dan sikap, maka observasi pembelajaran sains adalah sesuatu yang seharusnya dilakukan, sebab sains berkembang pesat melalui aktivitas proses ilmiah termasuk di dalamnya observasi gejala fisis. Pelajaran sains terdiri dan pelajaran di laboratorium dan di dalam kelas (Kertiasa,1975 dalam Kadim. M.1994).

Ide yang harus dikembangkan dari pokok pikiran tersebut adalah bagaimana mencari bentuk keterpaduan antara pengalaman empiris melalui observasi dengan basil pemikiran logis untuk memperoleh konsep-konsep (Kadim, M.1994). Melalui observasi para mahasiswa dihadapkan pada situasi konkrit tentang gejala fisis.

Melalui observasi gejalafisis pada awal pembelajaran memungkinkan terjadinya pertentangan antara pemikiran mahasiswa dengan gejala fisis yang teramati, gejala semacam ini mengakibatkan terjadi konflik kognitif pada diri mahasiswa.

Pada keadaan yang demikian maka mereka melakukan akomodasi untuk membentuk keseimbangan antara struktur intelektual atau pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru (Karvanough, 1981 dalam Kadim. M. 1994). Adanya konflik kognitif mendorong siswa untuk mengajukan masalah. Pada keadaan konflik kognitif tersebut mendorong mahasiswa untuk ingin mengetahui.

Pembalajaran berbasis observasi gejala fisis mengacu pada pendekatan belajar kontekstual (contextual teaching and learning) disingkat CTL. Pembelajaran dengan pendekatan CTL senantiasa diarahkan pada aktivitas belajar yang mengacu pada filosofi kontruktivisme, artinya pembelajaran didasarkan pada anggapan bahwa para peserta didik dapat membangun sendiri pengetahuannya.

Menurut padangan konstruktivisme sebelum pelajaran dimulai peserta didik bukan tidak memiliki kemampuan awal bagiakan lembaran kertas kosong, tetapi mereka telah memiliki pengalaman awal yang diistilahkan studens theory atau students freamwork atau konsepsi siswa. Hal ini berbeda dengan paradigma lama yang mengatakan bahwa peserta didik sebelum pelajaran dimulai tidak memiliki pengetahuan awal bagaikan lembaran kertas kosong yang hams ditulisi guru. Dalam pandangan konstruktivisme para siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya berawal dan kosepsinya. Tugas guru dalam halini adalah memberi kesempatan agar mahasiswa dapat mengekplor konsepsinya dengan cara berinteraksi dengan obyek kongkrit melalui observasi gejala fisis. Pembelajaran berbasis observasi diawali dengan masalah ataupertanyaan. Masalah ini sebaiknya dimunculkan sendiri oleh mahasiswa, ketika mereka mengamati gejala fisis. Berpijak pada masalah ini selanjutnya pembelajaran diarahkan untuk memecahkan masalah melalui aktivitas misalnya percobaan.Pembelajaran berbasis observasi menitik beratkan pada proses penemuan dalam bentuk inkuiri, artinya pembelajaran diarahkansemaksimal mungkin agar konsep, hukum atau teorema"ditemukan" mahasiswa. Pembelajaran berbasis observasimengutamakan adanya pemodelan oleh siswa atau guru. Sisway ang dipandang memiliki kemampuan dalam kompetensi tertentu,maka sebaikanya ia diminta untuk memberikan contoh kepadateman yang lain sehingga teman yang lain menjadi kompeten.Misalnya di dalam kelas ada seorang anak yang telah terampilm enggunakan jangka sorong karena bapaknya seorang ahli otomotif, maka ia diminta mendemontrasi bagaimana cara mengukur tebal lempeng logam dengan jangka sorong. Pembelajaran berbasis observasi menekankan adanya saling belajar dari teman sejawat melalui kegiatan refleksi. Refleksi dapat dilakukan ketika para mahasiswa melakukan kegiatan secara kelompok, kemudian mereka diminta untuk melaporkan hasil kerjanya, maka teman yang lain memberikan masukan mengenai berbagai hal yang terkait dengan proses dan hasil kegiatan kelompok tersebut. Pembelajaran berbasis observasi menekankan penilaian yang mengarah pada kinerja belajar mahasiswa. Penilaian tidak hanyadilakukan pada tengah dan akhir semester saj a tetapi jugadilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Penilaiandiarahkan tidak saja mengukur pemahaman konsep dengan carapaper and pencil test tetapi juga mengukur semua hasil belajarmisalnya kerja ilmiah mahasiswa dengan mengembangkanberbagai macam jenis evaluasi alternatif.

Mengapa Pembelajaran Berbasis Observasi Gejala Fisis?

Kecenderungan adanya perubahan orientasi pendidikan dari subject matter oriented menjadi life skills oriented mendorong untuk dikembangkan berbagai model pembelajaran dan penilaian. Kecakapan hidup (

life skills) dicapai melalui prosesbelajar sesuai dengan pengalaman belajar dirancang guru.Kecakapan hidup terdiri dan dua macam yaitu kecakapan personal (personal skill) dan kecakapan sosial (social skill).Kecakapan personal terdiri dan kecakapan mengenal diri (self-awareness) dan kecakapan berfikir (thingking skills). Demensilain dari kecakapan hidup adalah kecakapan akademik (academicskill) dan kacakapan kejujuran (vocational skill)(Depdiknas. 2003).Pembelajaran berbasis observasi gejala fisis berorientasi pada student centered dan bukan teacher centered yang dikemas kedalam pendekatan pembelajaran kontekstual sebagaimana disebutkan di muka memberi peluang seluas-luasnya kepada mahasiswa untuk mengembangkan dirinya termasuk kecakapan hidup.

Bagaimana Pembelajaran Berbasis Observasi Gejala Fisis?

Pembelajaran berbasis observasi modifikasi dari model belajargeneratif Osborne yang membuat model belajar melalui empattahap yaitu tahap pendahuluan, tahap pemfokusan, tahaptantangan dan tahap penerapan. (Osborne dalam Carrie Clive1994). Berikut disajikan diagram model pembelajaran berbasisobservasi yang dikembangkan dalam tulisan ini.

1. TAHAP OBSERVASI

demonstrasi tentang gejala fisismelakukan pengamataan (pengukuran)

2. TAHAP PENGAJUAN PERMASALAHAN dan HIPOTESISmengajukan permasalahan yang terkait dengan hasilpengamatanmerumuskan hipotesis berdasarkan basil pengamatan gejalafisis

3. TAHAP PEMECAHAN PERMASALAHAN

melakukan diskusi dan analisis menjawab pertanyaanmelakukan percobaan (penyelidikan) menguji hipotesis

4. TAHAP PEMANTAPAN KONSEP

pengembangan konsep, rangkuman, kesimpulan dan latihanpenerapan konsep kedalam masalah-masalah nyata

TAHAP EVALUASI

Authentic

Assessment

Tahap Observasi

Pada tahap ini mahasiswa melakukan pengamatan mengenaigejala fisis yang terkait dengan konsep yang akan diselidiki.Pada tahap ini mahasiswa berinteraksi langsung dengan obyekkonkrit sehingga diperoleh basil amatan yang lebih akurat,mendalam dan bervariasi.Berikut disajikan sebuah contoh pembelajaran pada topikpembiasan cahaya.. Pada tahap observasi dosen menghadirkansebuah toples. Mula-mula toples kosong, kemudian sebuah spidoldimasukan ke dalam toples, mahasiswa diminta mengamatispidol dari muka toples. Kemudian toples diisi air bening hinggahampir penuh, selanjutnya sebuah spidol dimasukkan ke dalamtoples. Mahasiswa diminta mengamati spidol dari muka toples.Hasil amatannya diminta ditulis di lembar kerjanya. Diharapkanhasil amatan mereka sebagai berikut: (1) spidol nampak lebihbesar ketika toples dimasuki air dibanding dengan ketika kosong,(2) bagian spisdol yang tercelup ke dalam air terlihat lebih besardari pada bagian yang tidak tercelup baik dilihat dari sisi datarmaupun bulat, (3) bila dilihat dari sisi bulat spidol nampak lebihbesar dari pada dilihat dari sisi datar.

Tahap Pengajuan Masalah dan Hipotesis Pada tahap ini mahasiswa diminta untuk mengajukan masalahterkait dengan gejala yang teramati. Diharapkan rumusan masalahrelevan dengan gejala yang teramati dan memuat sedikitnya duavariabel yang berinteraksi. Sebaiknya permasalahan yangdiajukan mahasiswa ditulis di papan tulis atau lembar kerja.Kemudian mahasiswa diminta membuat dugaan terkaitdengan permasalahan yang dirumuskan.Contoh pengajuan masalah dan hipotesis misalnya padapembelajaran topik pembiasan. Setelah mahasiswa mengamatisecara teliti dan akurat tentang spidol dalam toples berisi airsebagaimana dikemukakan di muka, selanjutnya mereka dimintauntuk membuat masalah dan merumuskan dugaan.Diharapkan masalah yang diajukan sebagai berikut: (1) mengapaketika tolpes diisi air, spidol terlihat lebih besar dibanding denganketika toples masih kosong?,

(2) mengapa bagian spidol yangtercelup di dalam air terlihat lebih besar dari pada bagian yangtidak tercelup, baik dilihat dari sisi datar mapun bulat,

(3) bila letak spidol diubah-ubah (maju/mundur) terhadap dinding apakah spidol terlihat berubah besarnya?,

(4) apakah gejala ini juga terjadi bila yang dimasukan ke dalam toples buka air tetapizat cair lain misalnya bensin, minyak tanah gliserin ?

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana disebut di mukaselanjutnyahipotesis yang dibuat diharapkan sebagai berikut:

(1) cahayadibelokan bilamelalui zat yang berbeda,

(3) dalam hal jalannya cahaya(kecepatan) di dalam air berbeda dengan ketika cahaya melalui udara atau zat yanglain,

(4) air memiliki indek bias yang berbeda dengan udara,

(5)arah pembelokan cahaya tergantung pada bentuk bidang bataskedua medium.

Tahap PemecahanMasalah

Pada tahap ini guru memberikan vasilitas yang diperlukanmisalnya alat (media) pembelajaran untuk keperluan melakukanpenyelidikan. Penyelidikan diarahkan untuk menguji hipotesis.Pemecahan masalah tidak selalu harus melalui percobaan,tetapi bila tidak memungkinkan untuk dilalcukan percobaancukup dengan demontsrasi guru yang diarahkan untuk menjawabpertanyaan atau menguji dugaan mahasiswa.Contoh pemecahan masalah terkait dengan topik pembiasancahaya. Setelah mahasiswa mampu merumuskan masalah danmenyusunnya ke dalam bentuk hipotesis, selajutnya merekadiminta untuk merancang kegiatan misalnya percobaan untukmenguji hipotesis. Berdasar sejumlah hipotesis yang mungkinberhasil disusun selanjutnya mahasiswa diminta untuk memilihhipotesis yang dapat diuji dengan menggunakan alat yangtersedia. Di sediakan alat percobaan pembiasan cahaya,mahasiswa diminta untuk merancang percobaan untuk mengujihipotesisnya. Misalnya mahasiswa akan menguji hipotesis berikut" cahaya dibelokan bila melalui zat yang berbeda" maka merekaakan merancang percobaan menggunakan alat pembias cahaya.Mereka mengubah-ubah sudut datang dan mengukur sudutbias baik dari udara ke air maupun maupun dari air ke udara.Diharapkan setelah percobaan, pada din mahasiswa munculpertanyaan baru, misalnya:

(1) bila cahaya melalui dua mediumyang berbeda yaitu dari udara yang memiliki indek bias n menujuke air yang indek biasnya (n') apakah ada hubungan antarasudut datang (i) dan sudut bias (r). Selanjutnya merekadiminta melakukan percobaan untuk menjawab pertanyaantersebut. Mereka akan mengubahubah sudut datang danmengukur sudut bias baik dari udara ke air mapun dari air keudara. Diharapkan mereka mengarah kepada penemuan hukumSnellius yaitu n sin i = n'sin r .

Tahap pemantapan konsep

Setelah masalah dipecahkan oleh siswa dan hipotesis telah diujikebenarannya, selanjutnya mahasiswa diajak untuk diskusipleno untuk memberikan pemantapan konsep. Pada saat iniperan dosen sangat diperlukan untuk memberikan penegasankonsep benar dan konsep mana yang salah. Pada tahap inidosen meminta mahasiswa untuk membuat kesimpulan danrangkuman serta latihan. Latihan ditujukan untuk pengembangan

konsep dan memantapkan konsep. Pada tahap ini, dilakukanpenerapan konsep yaitu menerapkan konsep untuk memecahkanmasalah kontekstual.

Sebagai contoh pengembangan konsep, mahasiswa diminta untukmenemukan rumus pergeseran sinar datang dan sinar biasketika cahaya melalui kaca planparalel. Mereka dimintamenjelaskan mengapa ketika spidol di dalam toples berisi airdilihat dari sisi bulat lebih besar dari pada dilihat dari sisi datar.Mereka diminta menjelaskan mengapa ketika spidol didalamtoples berisi air dijauhkan dari dinding bulat terlihat makin besar?Penerapan konsep dapat dilakukan misalnya mahasiswadiminta untuk menjelaskan mengapa bagian spidol yang tercelupke dalam air terlihat lebih besar dari pada bagian yang tidaktercelup baik dilihat dari sisi datar maupun bulat? Tahap EvaluasiEvaluasi dalam pembelajaran ini tidak raja dilakukan pada tengahdan akhir kuliah tetapi dilakukan pada setiap saat pembelajaran.Evaluasi yang dimaksud penilaian dalam bentuk assessmen outhentic yaitu menilai semua kinerja mahasiswa. Modelpembelajaran berbasis observasi memberi peluang bagi guruuntuk mengembangkan asesmen autentik. Pada umumnyapenilaian pada ranah kognitif selalu kita lakukan dengan cara testulis (paper and pencil test), tetapi untuk penilaian kerja ilmiahperlu dikembangkan pedoman penilaian (rubrik). Berikut disajikancontoh rubrik kerja ilmiah misalnya kemampuan merumuskan hipotesis, kemampuan merancang percobaan dan kemampuan melakukan percobaan.

RUBRIK MERUMUSKAN HIPOTESIS

Nama Mahasiswa:

Tanggal Penilaian:

Topik:Berilah tanda cek ( V ) pada kolom skor penilaian yang sesuaidengan makna penilaian berikut:

5 = sangat baik,

4 = baik,

3 =cukup,

2 = kurang,

1 = sangat kurang

Unsur yang dinilai Skor Penilaian54321

Hipotesis dirumuskan dalam kalimatsederhana yang mencerminkan pengamatan

Adanya hubungan antar variabel terikat dan bebas

Hipotesis dapat digunakan sebagai dasar untukmerancang percobaan

RUBRIK MERANCANG PERCOBAAN

Nama Mahasiswa:

Tanggal Penilaian:

Topik

Berilah tanda cek ( V ) pada kolom skor penilaian yang sesuaidengan makna penilaian berikut: 5 = sangat baik, 4 = baik, 3 =cukup, 2 = kurang, 1 = sangat kurang

Unsur yang dinilaiSkor Penilaian 54321

Rancangan eksperimen dapat menguji dugaan

Metode dan prosedur yang digunakan di dalameksperimen mengikuti urutan tertentu

Prosedur eksperimen jelas sehingga oranglain dapat melaksanakannya secara jelas

Variabel telah teridentifiksi secara jelas

Rancangan memungkinkan variabel dapat dikontrol

Memasukkan rencana pengontrolan variableStrategi yang akan digunakan untuk pengulanganKelengkapan daftar alat dan bahan yang diperlukan

RUBRIK MELAKUKAN PERCOBAAN

Nama Mahasiswa:

Tanggal Penilaian:

Topik:

Berilah tanda cek ( V ) pada kolom skor penilaian yang sesuaidengan makna penilaian berikut: 5 = sangat baik, 4 = baik, 3 =cukup, 2 = kurang, 1 = sangat kurang

Unsur yang dinilaiSkor Penilaian 54321

Menyusun set percobaan: pengisian air di dalamtabung, pemasangan skala, pemasangan

Pengarahan cahaya dengan pada sudut dating

Cara mengukur sudut datang dan sudut biasdengan busur derajat

Ketelitian pengukuran sudut datang dan sudut biasdengan busur derajat

Kerapian (kebersihan) pengemasan alat setelah usai

DAFTAR PUSTAKACliver.C. and Carrie. 0. 1994. Science 7-11 Developing Primary Teaching Skills. London: New Feter LaneDepdiknas. 2003. Kurikulum 2004 SMA, Pedoman KhususPengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Fisika.Kadim. M. 1994. Kesalahan Konsep Dalam Belajar Fisika BagiSiswa SMAN di Jawa Timur Ditinjau dari Beberapa FaktorInternal dan Eksternal yang Mempengaruhinya. Lemlit. IKIPMalang

Sutarman. 2005. Penerapan Pembelajaran Berbasis ObservasiGejala Fisis Sebagai Upaya Untuk MeningkatkanPemahaman Konsep dan Kerja Ilmiah pada Matakuliah FisikaDasar I. Lemlit UM.
Baca Juga

Artikel Terkait

0 Response to "Pembelajaran Berbasis Observasi Gejala Fisis"

Post a Comment